Category Archives: Resiko Kehamilan

Membahas kehamilan dengan resiko seperti penyakit selama kehamilan.

Awas Hamil Lagi Saat Baru Melahirkan

Ajaib, Wanita Itu Melahirkan Saat Koma

Valerie setelah sembuh bersama Simon dan Oliver (dailymail.com)

Begitu terbangun dari koma, semua orang mengatakan bayi berusia dua minggul itu anaknya.

Valerie Leah, 35, sama sekali tak ingat pernah melahirkan seorang bayi dari rahimnya. Ia hanya ingat tengah mengandung janin usia 26 minggu sesaat sebelum mengalami koma akibat virus flu babi H1N1.

Kala itu kalender menunjukkan tanggal 1 Desember 2009, saat Valerie terbangun dari koma. “Begitu saya membuka mata, suami saya, Simon, langsung berkata kalau kami memiliki bayi laki-laki berusia dua minggu,” kata Valerie seperti dikutip dari laman Daily Mail.

Sambil berusaha mengembalikan ingatan, Valerie kemudian dipandu menggunakan kursi roda menuju sebuah boks inkubator. Ia masih belum percaya jika bayi mungil di dalamnya adalah putranya.

Ia sungguh tak bisa membayangkan bisa melahirkan dalam kondisi koma. “Semua orang mengatakan bahwa bayi itu anak saya. Rasanya tak masuk akal janin yang ada di kandungan saya bisa lahir dengan selamat,” ujarnya.

Kisah Valerie bermula pada awal November 2009, saat wabah virus H1N1 menyerang seluruh anggota keluarganya. Ibu tiga anak ini adalah yang paling terakhir tertular, namun kondisinya paling buruk. Ia mengalami sesak nafas akut sehingga harus menjalani perawatan medis.

Kondisi Valerie melemah sesampainya di rumah sakit. Tim dokter hanya bisa menawarkan satu metode pengobatan untuk menyelamatkan nyawanya. “Mereka meminta izin keluarga saya untuk membuat saya koma selama beberapa waktu hingga kondisi membaik,” ujarnya.

Wanita itu masih ingat dengan jelas detik-detik sebelum dokter membuatnya tak sadar. Ia mendapat ciuman perpisahan dan dukungan dari sang suami. “Saya menciumnya, dan memastikan bahwa semua akan berjalan dengan baik. Saya tersenyum padanya meski hati saya menangis, apalagi saat mendengar dia mengatakan aku cinta kamu,” kata Simon mengenang istrinya sebelum koma.

Selama sekitar dua minggu Valerie, yang tengah hamil, menjalani perawatan intensif dalam kondisi koma. Kondisinya terus melemah. Atas restu keluarga, dokter akhirnya memutuskan melakukan bedah caesar untuk mengeluarkan janin di kandungan Valerie.

Melakukan bedah caesar pada pasien koma berisiko tinggi pada kematian ibu dan anak. Tapi risiko itu diambil demi kesembuhan Valerie. Sebab, adanya janin di dalam kandungan membuat dokter tak bisa melakukan tindakan medis secara maksimal.

Simon menyentuhkan tangan Valerie ke Oliver usai persalinanTepat 18 November 2008, janin berusia tujuh bulan di perut Valerie lahir. “Sungguh mukjizat persalinan berjalan lancar. Saya sentuh tangan isteri saya yang masih koma, lalu saya letakkan di perus bayi kami, saya ingin bayi kami merasakan sentuhan ibunya,” kata Simon.

Setiap hari, Simon menceritakan perkembangan bayinya kepada Valerie yang masih terbaring koma. Ia menamai bayi itu Oliver, namun tak mempublikasikannya hingga Valerie sadar. Ia ingin nama itu disetujui istrinya. “Jadi selama di rumah sakit orang hanya memanggil bayi itu dengan sebutan baby,” ujarnya.

Usai melahirkan, Valerie kembali melanjutkan perawatan. Diiringi cinta dan dukungan sang suami yang tak putus, ia menjadi lebih responsif terhadap obat dan aneka terapi medis. Alhasil, 12 hari usai melahirkan, Valerie terbangun dari tidur panjangnya dan segera memeluk Oliver. • VIVAnews

Ibu Hamil, Jagalah Berat Badan Anda!

inmagine.com

Ibu hamil ternyata tetap harus menjaga berat badan sehingga tidak kena obesitas. Kisaran kenaikan berat badan disarankan dari 5-8 kilogram (kg) saja.

Menurut Institut of Medicine kisaran angka tersebut dapat membantu kelancaran hamil dan proses kelahiran pada ibu hamil yang mengalami obesitas.

Bahkan, studi yang dilakukan institut ini juga mengingatkan agar ibu hamil penderita obesitas tidak boleh menaikkan berat badan. Peneliti membatasi kenaikan berat badan hingga 3 persen dari berat sebelum kehamilan. Artinya kenaikan hanya boleh terjadi sebanyak 2,5 kilogram pada Ibu yang memiliki berat badan sebesar 85 kilogram.

“Kehamilan merupakan saat wanita memiliki keinginan untuk berlaku positif, karena sangat penting bagi kesehatan sang ibu dan janin,” kata Profesor Gizi pada Cornell University Kathleen M Rasmussen seperti dikutip dalam laman New York Times.

Wanita, kata dia,  biasanya berhenti merokok atau minum-minuman beralkohol saat mengandung. “Tiga per empat ibu hamil penderita obesitas mengalami kenaikan berat badan di luar pedoman,” tambah Rasmussen.

Wanita hamil penderita obesitas sebaiknya didorong untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak yang menekankan pada konsumsi buah, sayur mayur, gandum, daging tidak berlemak dan produk susu rendah lemak serta hanya mendapat asupan sebanyak 2000 kalori per hari.

Meski kenaikan berat badan itu normal dalam proses kehamilan akibat perubahan dalam hormon sang ibu berbarengan kenaikan berat badan si janin.

Menurut peneliti dari Kaiser Permanente Center for Health Research Kimberly K Vosco, mitos bahwa ibu hamil harus menaikkan berat badan dan makan untuk dua orang sebaiknya dihindari. “Sejujurnya, anda memang harus makan lebih tapi tidak berlebihan,” kata dia.

Pelarangan terhadap berat badan pada kehamilan bukanlah hal yang baru. Sepanjang abad 19 dan 20, wanita selalu diberitahu untuk menaikkan berat badannya tidak kurang dari 10 kilogram untuk mengurangi komplikasi dan bedah cesar.

Saat ini peneliti mulai mempertanyakan apakah ibu penderita obesitas dapat mempengaruhi perkembangan sang janin dan sebaliknya apakah hal obesitas dapat diturunkan kepada sang janin.

Namun, tidak semua orang mengetahui dampak pelarangan kenaikan berat badan. “Ini masih eksperimen,” jelas Rasmussen. Percobaan senilai US$2,2 juta dengan pembiayaan dari pemerintah federal Amerika Serikat.

Terdapat kekhawatiran pada kehamilan pada ibu penderita obesitas. Ibu hamil yang tidak mengalami kenaikan berat badan akan membakar lemak guna energi, memproduksi komponen asam  bernama ketones, yang dapat berbahaya bagi janin. Studi pada wanita hamil penderita diabetes melahirkan bayi dengan kadar ketone yang lebih banyak dalam darahnya dan tingkat IQ yang lebih rendah daripada bayi yang lainnya. VIVAnews

Artikel Terkait :

Keguguran Karena Kandungan Lemah

inmagine.com

Jakarta, Perempuan yang sering mengalami keguguran dikatakan memiliki kandungan yang lemah. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kandungan lemah?

“Dalam istilah medis kandungan lemah adalah adanya gangguan pada leher rahim (serviks) yang disebut dengan inkompetensi serviks. Rata-rata setiap usia kehamilan 4 bulan, ibu tersebut akan mengalami keguguran,” ujar Dr Med Damar Prasmusinto, SpOG saat dihubungi detikHealth, Sabtu (16/1/2010).

Dr Damar menuturkan penyebab dari inkompetensi serviks adalah adanya ketidaknormalan atau kelemahan dari bentuk serviks. Seharusnya serviks belum terbuka saat usia kehamilan 4 bulan, tapi karena ketidaknormalan tersebut serviks mengalami pembukaan yang menyebabkan hasil pembuahan keluar dari rahim atau mengalami keguguran.

Penyebab dari inkompetensi serviks ini adalah:
1. Akibat faktor bawaan atau keturunan
2. Proses kuret yang membuat trauma sehingga menghasilkan efek samping pelemahan serviks
3. Penyakit kolagen (di mulut rahim ada zat kolagen dan ini salah satu faktor risikonya)
4. Akibat adanya infeksi dari luar rahim.

“Kalau 1-2 kali keguguran itu masih normal, tapi kalau kegugurannya terjadi sebanyak 3 kali secara berturut-turut maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apa penyebab dari keguguran tersebut,” ujar dokter yang aktif mengajar di FK-UI.

Pemeriksaan yang dilakukan bisa berupa tes darah dari kedua orangtua untuk melihat kromosomnya atau bisa juga menjalani pemeriksaan ACA (anticardiolipin) yaitu pemeriksaan kekentalan darah. Jika sang calon ibu terkena sindrom ACA, maka darahnya akan cepat mengental yang mengakibatkan aliran darah ke janin terhambat sehingga janin kekurangan zat gizi dan oksigen.

Penyebab keguguran yang paling besar adalah akibat kelainan kromosom yang disebabkan oleh orangtuanya yaitu sekitar 60 persen. Kelainan ini disebabkan karena saat proses pembuahan tersebut sel telur atau spermanya tidak bagus. Faktor risiko untuk kelainan kromosom ini terjadi pada perempuan di atas usia 35 tahun dan laki-laki diatas usia 55 tahun. Sedangkan penyebab keguguran lainnya adalah adanya infeksi yang terjadi saat usia kehamilan masih muda, kasusnya sekitar 20-30 persen.

“Kehamilan itu seperti hukum alam. Untuk mencegah keguguran, ibu hamil harus istirahat yang cukup. Jika mengalami flek sebaiknya ibu hamil istirahat total di rumah saja juga nggak apa-apa,” ujar dokter yang berpraktik di RS Brawijaya dan RSCM.

Dijelaskan Dr Damar jika penyebab keguguran sudah diketahui dan bisa diobati dengan baik, maka ibu tersebut boleh hamil lagi asalkan sudah selesai masa nifas dan fungsi reproduksi bekerja dengan baik.

Artikel Terkait :

15 Komplikasi Penyakit Berisiko Tinggi Saat Hamil

inmagine.com

Jakarta, Mengandung bagi perempuan adalah saat-saat dimana kondisi tubuh harus terjaga dengan prima. Kondisi kesehatan, status mental dan gaya hidup bisa memicu komplikasi yang serius pada kehamilan.

Sudah banyak kasus ibu mengandung yang mengalami masalah selama kehamilan atau memiliki risiko yang tinggi ketika melahirkan seperti kasus eklampsia akibat hipertensi yang dapat menyebabkan kejang pada ibu hamil.

Meski tidak setiap ibu hamil akan memiliki komplikasi kehamilan yang berisiko tinggi tetapi mengetahui komplikasi atau risiko selama hamil dapat membantu menangani dan mencegah komplikasi itu terjadi.

Seperti dilansir dari dari Babycenter dan Buzzle, Rabu (31/3/2010), ada beberapa komplikasi kehamilan berisiko tinggi, antara lain:

1. Anemia
Juga disebut sebagai anemia kehamilan, ini adalah kondisi di mana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ tubuh.

Selama kehamilan volume darah seorang wanita meningkat hampir sebesar 50 persen dan konsentrasi sel darah merah bisa diencerkan. Janin berkembang bergantung pada darah ibu tapi jika ibu menderita anemia dapat mengakibatkan pertumbuhan janin yang buruk, lahir prematur dan berat lahir rendah.

Kekurangan vitamin dan mineral seperti vitamin B12, asam folat, besi, dan lainnya dapat menyebabkan anemia pada kehamilan. Namun, kondisi ini biasanya tidak dianggap berat, kecuali pada tingkat yang terlalu rendah.

2. Intrauterine Growth Restriction
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan selama beberapa minggu pertama kehamilan. Juga disebut sebagai pembatasan pertumbuhan janin.

Janin yang tumbuh pada kondisi seperti ini, beratnya kurang dari 90 persen dari semua janin dari usia kehamilan yang sama, dan ada kemungkinan bayi lahir prematur, yaitu sebelum 37 minggu.

Kekurangan nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ adalah salah satu penyebab paling umum IUGR, yang mencegah sel dan jaringan tumbuh atau penurunan ukuran mereka. Kondisi ini juga dapat disebabkan karena keturunan.

Bayi yang baru lahir sering tampak lemah, pucat, longgar, kulit kering dan mata lebar. Selain itu, tali pusat mereka sangat tipis dan tampak tidak sehat dibandingkan dengan bayi normal yang mengkilap dan gemuk.

3. Prematur yang tidak wajar (Preterm Labor)
Prematur labor adalah tidakwajaran yang dimulai sebelum 37 minggu kehamilan dan terutama dicirikan oleh kontraksi rahim prematur, pecahnya kantung atau selaput ketuban atau dilatasi serviks.

Meskipun sebenarnya penyebab persalinan prematur masih belum diketahui, pecah ketuban dini dianggap sebagai salah satu penyebab dominan, yang dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa penyakit medis yang kronis seperti jantung atau penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, infeksi, dan lainnya.

Bayi yang lahir pada kondisi seperti ini sering kali kecil, memiliki berat lahir kecil dan mungkin memerlukan bantuan dalam bernapas, makan, melawan infeksi, dan mempertahankan suhu tubuh stabil.

4. Premature Rupture of Membranes
Premature Rupture of Membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai. Jika PROM terjadi sebelum 37 minggu kehamilan, itu disebut sebagai Preterm Premature Rupture of Membranes (pecahnya ketuban terlalu dini atau PPROM).

Kondisi ini biasanya terjadi karena infeksi pada rahim, perawatan yang salah sebelum melahirkan, penyakit menular seksual, perdarahan vagina, atau kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi seperti plasenta abruption (detasemen awal plasenta dari rahim), kompresi tali pusat, infeksi bedah caesar kelahiran dan pasca-melahirkan (setelah melahirkan).

5. Gestational Diabetes

Gestational diabetes merupakan salah satu komplikasi kehamilan berisiko tinggi di mana tingkat glukosa darah akan meningkat dan gejala diabetes lain yang mulai muncul selama kehamilan pada seorang wanita yang belum pernah sebelumnya didiagnosis diabetes.

Gestation diabetes selama kehamilan tidak terjadi karena kekurangan insulin, tetapi karena efek memblokir hormon lain pada insulin yang dihasilkan dalam tubuh. Biasanya, gejala diabetes menghilang setelah melahirkan.

6. Tekanan darah tinggi atau Pregnancy Induced Hypertension

Pregnancy-induced hypertension (PIH) adalah suatu bentuk tekanan darah tinggi selama kehamilan yang lebih sering terjadi pada wanita muda dengan kehamilan pertama, kehamilan kembar, atau pada seorang wanita yang menderita masalah kesehatan lainnya seperti diabetes, hipertensi kronis, dan lainnya.

Dalam kondisi ekstrim, seorang wanita dapat menderita eklampsia (bentuk yang parah akibat kehamilan hipertensi) yang terjadi di akhir kehamilan dan dapat menyebabkan kejang pada ibu hamil.

7. Placenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi umum pada kehamilan yang berisiko tinggi, di mana plasenta melekat dekat atau menutupi leher rahim (pembukaan rahim).

Kondisi dapat mengakibatkan pendarahan yang berlebihan atau perdarahan di bagian bawah rahim atau area plasenta yang menutupi leher rahim. Faktor risiko lain yang terlibat adalah abnormal implantasi dari plasenta, memperlambat pertumbuhan janin, kelahiran prematur, cacat lahir dan infeksi selama kehamilan.

8. Hidroamnios
Hidroamnios adalah suatu kondisi kelebihan cairan ketuban di sekitar janin. Kondisi ini dapat mengakibatkan cacat lahir, prematur pecah ketuban atau kantung ketuban, plasenta abruption dan tali pusar prolaps.

Diabetes, kelainan gastrointestinal, gagal jantung, kegagalan bawaan, transfusi kembar sindrom adalah beberapa faktor yang dapat berkontribusi menyebabkan Hidroamnios selama kehamilan.

9. Penyakit Rhesus
Penyakit Rhesus atau Rh adalah kondisi yang jarang terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi. Setiap individu memiliki tipe darah (O, A, B, atau AB) dan faktor Rh, baik positif atau negatif, yang mendefinisikan karakteristik khusus tertentu.

Pada kasus Rh ibu negatif dan Rh bayi yang positif, komplikasi dapat terjadi jika sel-sel darah merah bayi menyalib ke Rh negatif ibu, terutama pada saat pengiriman ketika plasenta melepaskan atau selama keguguran atau aborsi.

Pada dasarnya, dalam penyakit Rh ini, sistem kekebalan tubuh ibu mempertimbangkan Rh positif sel-sel darah merah bayi sebagai benda asing dan merespons dengan menghasilkan antibiotik untuk melawan dan menghancurkan sel-sel asing ini.

Umumnya, selama kehamilan pertama, sensitifasi Rh tidak mungkin terjadi, tetapi hanya menjadi masalah di masa depan kehamilan dengan bayi Rh positif lain. Sebagai antibodi ibu melewati plasenta untuk melawan sel-sel Rh positif atau menghancurkan sel-sel darah merah dalam tubuh bayi, bayi yang baru lahir dapat menjadi anemia atau komplikasi lain seperti penyakit kuning atau pembesaran organ.

10. Kehamilan Post-Term
Kehamilan Post-Term adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu, sering kali karena kesalahan perhitungan tanggal pembuahan kehamilan.

Pada dasarnya, dekat akhir kehamilan, plasenta mulai berkurang dan tidak mampu berfungsi dengan baik. Selain itu, volume cairan ketuban juga mulai menurun. Sebagai akibatnya pasokan oksigen janin menjadi sedikit dan akan menghentikan kenaikan berat badan.

11. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua atau lebih janin, yang terjadi ketika lebih dari satu telur subur dan tertanam di dalam rahim. Riwayat keluarga kehamilan kembar, usia lebih tua, paritas tinggi (satu atau lebih kehamilan sebelumnya), obat-obatan yang merangsang ovulasi tertentu, dapat berkontribusi pada kehamilan seorang wanita.

Meskipun bukan komplikasi kehamilan risiko tinggi yang parah, persalinan prematur, hipertensi akibat kehamilan, anemia, lahir cacat, keguguran, kelahiran caesar, perdarahan pasca melahirkan, adalah beberapa kesulitan yang dapat dikaitkan dengan hal ini.

12. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berkembang di luar rahim, dekat tabung tuba di mana tidak ada cukup aliran darah untuk janin tetap hidup dan akhirnya mati. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami masalah ketidaksuburan, endometriosis, penyakit menular seksual, operasi tuba dan pembuahan intrauterine device (IUD).

13. Keguguran
Juga disebut sebagai aborsi spontan, keguguran didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan awal, yang dapat dikategorikan ke jenis berikut:

  • Terancam (bercak dan perdarahan di trimester pertama)
  • Lengkap (janin, plasenta dan jaringan lain yang disahkan dengan pendarahan)
  • Tidak lengkap (beberapa bagian dari jaringan tetap di dalam rahim)
  • Lewat aborsi (janin mati tetapi tidak melewati keluar dari rahim)
  • Septik (terinfeksi keguguran)
  • Berulang (lebih dari tiga kali keguguran)

14. Kelahiran mati
Merupakan kondisi yang sangat disayangkan di mana bayi meninggal di dalam rahim. Diabetes, tekanan darah tinggi, kelainan bawaan, penyakit Rh, masalah plasenta, adalah penyebab pasti bayi lahir mati.

15. Pendarahan pasca melahirkan
Pendarahan pasca melahirkan merupakan salah satu komplikasi kehamilan berisiko tinggi, di mana terjadi perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan.

Kondisi ini lebih umum setelah bedah caesar, rahim terus kontraksi dan mengusir plasenta. Akibatnya, kontraksi ini menekan pembuluh darah di daerah di mana plasenta dihubungkan, intens menyebabkan perdarahan pasca-melahirkan.

Untuk mengatasi komplikasi kehamilan berisiko tinggi berkonsultasilah dengan dokter, melakukan tes kehamilan berisiko tinggi dan konsumsi obat yang tepat memungkinkan wanita dengan masalah medis menikmati kehamilan dengan sehat dan sukses.

Artikel Terkait :

Sakit Gigi Saat Hamil Bikin Bayi Lahir Prematur

inmagine.com

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat hamil perempuan cenderung malas melakukan banyak aktivitas. Mereka terlalu fokus pada janin sehingga melupakan perawatan dirinya sehingga akhirnya bisa berpengaruh pada tubuh dan si jabang bayi.

Contohnya saja merawat kebersihan gigi dan mulut. Jika ibu hamil tidak rajin memelihara kesehatan giginya, maka bayi dalam kandungan pun bisa tertular sejumlah penyakit dan bahkan bisa terbawa hingga sang bayi lahir.

”Ibu hamil terkadang malas membersihkan gigi dan mulut karena merasa mual. Padahal, ini harus dipaksakan,” tutur dr Enrita Dian, SpKGA, dokter spesialis gigi anak, dalam acara diskusi kebersihan gigi dan mulut ibu hamil, bayi, dan balita di Klinik Ultimo Estetika, Jakarta, Rabu (10/2/2010).

Ia mengungkapkan lebih lanjut, beberapa problem seperti gigi berlubang, gusi bengkak, gusi berdarah, dan nyeri gigi kerap kali dialami oleh mereka yang hamil. ”Umumnya terjadi pada trimester pertama. Sebab, saat itu ibu hamil sedang mengalami mual dan muntah atau morning sickness, yang kemudian membuat mereka malas merawat gigi,” jelas Enrita.

Karena sedang mual dan muntah, ditambah senang mengonsumsi makanan yang asam atau yang manis untuk mengurangi mual dan muntah, maka problem gigi makin bertumpuk. Karena makanan yang manis bisa menyebabkan pH mulut jadi asam. Padahal, semakin malas menyikat dan membersihkan gigi, semakin besar ancaman bagi si jabang bayi. Karena si ibu kehilangan nafsu makan, asupan makanan bagi jabang bayi pun berkurang. Bayi bisa lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).

Enrita menyarankan agar ibu hamil tetap rajin menggosok gigi setiap selesai makan dan sebelum tidur. ”Gunakan pasta gigi ber-flouride untuk menjaga kekuatan gigi,” tambahnya.

Kalau rasa malas menyerang, Anda bisa berkumur dengan obat kumur antiseptik dan dibarengi mengunyah permen yang mengandung xylitol untuk membunuh kuman. Paling tidak, cara ini bisa menggantikan ritual menyikat gigi. Selain itu, bila ada masalah pada gigi, misalnya gigi berlubang, harus segera ditambal. Gigi yang berlubang bisa ditularkan pada bayi, hingga kelak anak mengalami problem gigi yang sama.

Menurut Enrita, tiga bulan pertama masa kehamilan adalah yang paling penting untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Perhatikan betul kebersihan gigi pada usia kehamilan 14-20 minggu. Inilah saat paling rawan jika Anda mengabaikan kesehatan gigi. ”Jangan menunda merawat gigi hingga masa morning sickness lewat. Problem gigi jadi makin serius,” tegasnya.

Artikel Terkait :