Category Archives: Perkembangan Janin

Membahas perkembangan janin setiap minggu, kesehatan janin, masalah dalam perkembangan janin, dll.

Janin Sehat Itu Tandanya Suka Nendang-nendang

Cara Mengetahui Jenis Kelamin Bayi Tanpa USG

inmagine.com

Lewat cara sederhana Anda bisa menebak jenis kelamin bayi di awal kehamilan.

Setiap orangtua tentu mengidamkam melahirkan bayi yang sehat. Entah itu, bayi laki-laki yang tampan atau bayi perempuan yang cantik.

Namun, tak bisa dipungkiri bila banyak calon ayah dan ibu yang sudah penasaran jenis kelamin calon bayi mereka sejak awal kehamilan. Masalahnya, jenis kelamin bayi umumnya baru bisa dilihat di layar ultrasound (USG) saat kehamilan berusia lebih dari 4 bulan.

Tapi, tahukah Anda, lewat cara sederhana Anda bisa menebak jenis kelamin si jabang bayi di awal kehamilan dan tanpa USG, seperti dikutip dari laman Modern Mom. Ingin tahu caranya? Ini langkah-langkahnya:

Langkah 1

Ketika memeriksa kandungan ke dokter, coba catat jumlah denyut jantung calon bayi setiap menit. Banyak orang percaya jika detak jantungnya terdengar sampai 140 kali per menit, kemungkinan besar dia berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan jika denyut jantungnya kurang dari itu, bisa jadi perempuan.

Langkah 2

Coba perhatikan saat Anda ‘mengidam’ di awal-awal kehamilan. Jika Anda merasa selalu menginginkan makanan yang manis-manis, bersiap-siaplah memiliki anak perempuan. Sebaliknya, jika Anda menyukai yang asam dan asin selama kehamilan, ini diyakini akan melahirkan anak laki-laki.

Langkah 3
Perhatikan langkah kaki Anda saat berjalan. Jika berjalan anggun, besar kemungkinan Anda akan memiliki seorang putri. Tapi, jika Anda cenderung menjadi canggung dan lebih sering menabrak, Anda kemungkinan akan memiliki seorang putra.

Langkah 4
Ada juga yang percaya jika seorang wanita hamil mengalami mual dan muntah yang hebat, besar kemungkinan dia akan segera memiliki seorang anak perempuan. Tapi, jika saat hamil tidak terlalu mual dan muntah, bisa jadi bayinya laki-laki. (pet) • VIVAnews

Artikel Terkait :

Artikel Terbaru :

 

Cegah Stres pada Bayi Sejak dalam Kandungan

inmagine.com

Bayi lahir dari ibu sering konsumsi makanan tinggi lemak saat hamil rentan terkena stres.

Ungkapan ‘makan untuk dua orang’ selama kehamilan memiliki arti lebih luas daripada sekadar kesehatan fisik. Seorang ibu yang makan menu tinggi lemak selama kehamilan cenderung menjadikan bayinya  lebih agresif atau memiliki kecemasan berlebih.

Sebuah studi yang dilakukan Pusat Penelitian Primata Nasional, di Beaverton, Oregon, menemukan bahwa bayi-bayi kera yang ibunya memiliki pola makan tinggi lemak selama kehamilan lebih rentan terkena stres dan kecemasan dibanding dengan ibu yang makan diet sehat.

Meskipun penelitian ini dilakukan pada kera, ada banyak kesamaan dengan kehamilan pada manusia. Sebab, terdapat kedekatan fisiologi antara manusia dan primata tersebut, ungkap Kevin Grove seperti dikutip LiveScience.

Studi membedakan diet dari kelompok kera yang sedang hamil. Satu kelompok kera betina dengan diet 35 persen lemak, dan lainnya diet rendah lemak sebesar 13 persen. Ketika bayi berumur satu bulan, pemimpin peneliti Elinor Sullivan membuat para bayi dalam kondisi stres, yaitu kehadiran manusia asing di dekat kandang dan mainan baru dalam kandang mereka.

Hasilnya, dari seluruh bayi, 78 persen bayi yang ibunya makan diet tinggi lemak bereaksi dengan cemas atau lebih agresif. Sementara hanya 11 persen di antara bayi kera dengan ibu diet rendah lemak yang memperlihatkan reaksi negatif.

Lebih mengejutkan lagi, para peneliti menyebutkan, kegemukan ibu tidak mempengaruhi bayi melainkan kadar menu diet selama kehamilan. Ibu dengan berat rata-rata tetapi memiliki diet buruk, menurunkan stres dan kecemasan kepada bayi mereka setelah lahir. Gejala kecemasan pada bayi dapat dikurangi jika seorang ibu beralih ke diet yang lebih baik selama kehamilan. • VIVAnews

Artikel Terkait :

 

Memantau Gerakan Janin dalam Kandungan

Dalam pemeriksaan rutin, dokter kandungan biasanya akan memantau gerakan janin yang merupakan salah satu indikator kesehatan janin. Umumnya observasi terhadap gerakan janin dilakukan melalui pemeriksaan USG dan pemeriksaan menggunakan kardiotokografi.

Sebenarnya, jelas dr. H. Taufik Jamaan, SpOG, ibu juga bisa melakukannya sendiri. Misalnya, saat tengah berbaring santai di rumah. Soal waktu, saran Taufik, sebaiknya dilakukan setelah memasuki trimester ketiga karena dapat memberikan gambaran yang terjadi pada janin. “Pertimbangannya, setelah memasuki usia kehamilan 28 minggu, gerakan janin akan lebih njlimet, makin kuat, dan frekuensinya pun kian kerap. Jadi, bila janin relatif diam, mesti dicurigai. Akan tetapi yang kelewat aktif pun harus diwaspadai,” urai ginekolog dari Klinik Fertilitas Morula RS Bunda Jakarta.
Diharapkan, janin melakukan gerakan normal minimal 10 kali sehari. Kendati begitu, tidak adanya gerakan bukan selalu pertanda buruk. Bisa saja si janin saat itu tengah tertidur nyaman dalam rahim (sleeping baby). Jika benar demikian, tak ada ruginya melakukan usaha-usaha membangunkannya. Misalnya dengan mencari letak kepala janin lalu menggoyang-goyangkannya. Bila ia bergerak lagi, berarti janin dalam keadaan normal. Bisa juga membangunkannya dengan suara dengan frekuensi tertentu. Di rumah sakit, biasanya tersedia bel khusus yang akan dibunyikan di atas perut ibu. Janin yang normal akan meresponnya dengan bergerak kembali.
BERPUTAR TANPA HENTI
Namun jika janin diam saja alias tak merespon sama sekali rangsangan fisik dan suara yang diberikan, “Justru patut diwaspadai. Bukan tidak mungkin ia tengah mengalami hipoksia berat (kekurangan oksigen).” Salah satu penyebabnya, janin terlilit tali pusat. “Kondisi ini bisa diibaratkan dengan wajah yang tiba-tiba ditutup dengan tas plastik, hingga kita kesulitan atau malah tak dapat bernapas. Dalam usaha membebaskan diri dari kondisi tak bisa bernapas seperti itu, yang bersangkutan pasti akan membuat gerakan-gerakan memberontak.
Itu pula yang akan terjadi dengan janin. Bila terlilit tali pusat, ia akan bergerak sedemikian aktif guna membebaskan diri dari lilitan tersebut. Gerakan tersebut akan dirasakan ibunya sebagai gerakan berputar-putar tak menentu tanpa henti. Akan tetapi setelah beberapa waktu terjadi hal sebaliknya, janin tak banyak gerak atau malah diam sama sekali. Biasanya bila ibu segera menyadari dan bertindak cepat, masih ada waktu kira-kira dua jam untuk menyelamatkan nyawa janin.
TERLILIT TALI PUSAR
Pada trimester kedua, jika berdasarkan pantauan USG janin terlihat terlilit tali pusat, Taufik menganjurkan ibu lebih waspada. Kondisi demikian, jelasnya, berarti janin memiliki faktor risiko walau tak selamanya kondisi lilitan bakal membahayakan janin. Artinya, meski terlilit tali pusat, janin tetap bisa dilahirkan normal.
Tentu saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni jika lilitannya tak terlalu kencang hingga janin tak begitu terjerat kuat. Faktor lain adalah tali pusat yang panjang dan air ketuban yang banyak. Sebab, jika air ketubannya sedikit, dikhawatirkan janin akan semakin menekan tali pusat hingga ikatan di lehernya kian kencang. Atau sebaliknya, bila tali pusatnya pendek, makin lama ikatannya makin erat.
Dalam kondisi ini, biasanya dokter akan memantau arus darah pada tali pusat. Bila lebih meningkat berarti jeratannya semakin kuat. “Kondisinya sama saja dengan selang air. Bila selangnya dipencet, semburan airnya kian kencang/deras. Nah, kalau arus darah semakin deras, berarti ada efek penekanan pada tali pusat yang dapat membahayakan janin.” Untuk menyelamatkan nyawa janin, biasanya akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan janin lebih cepat.
Namun tak selamanya janin yang bergerak hiperaktif identik dengan hipoksia atau kekurangan oksigen. Bisa juga karena ulah si ibu sendiri. Semisal makan sate kambing. “Sate kambing itu panas, lo, dan bisa meningkatkan denyut jantung yang berimbas janin cenderung hiperaktif. Oleh sebab, ibu hamil tidak disarankan makan sate kambing,” kata Taufik.
BEDA USIA, BEDA GERAKAN
Gerakan janin, jelas Taufik, berbeda pada setiap usia kehamilan. Gerakan pertama biasanya dirasakan si ibu pada usia kehamilan antara 14-16 minggu yang disebut dengan wickening. Di usia ini janin mulai tumbuh besar dan air ketuban pun tersedia cukup banyak, hingga ibu bisa merasakan janinnya bergerak sedikit. Sensasi yang muncul seperti “dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil menggelinding lembut dalam rahimnya. Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan gerakan janin di usia kehamilan yang sama. Yang belum pernah hamil umumnya agak telat merasakan gerakan awal ini, yakni di atas usia kehamilan 16 minggu.
Sampai usia kehamilan 28 minggu boleh dibilang gerakan janin belum begitu bermakna. Artinya, belum dapat menjadi indikator kesehatan janin seperti pada trimester akhir. Kecuali dengan bantuan alat canggih seperti USG yang memungkinkan mengamati gerakan, bahkan denyut jantung bayi. Gerakan janin baru akan terasa menghebat pada usia kehamilan 28 minggu. Karena proporsi yang paling besar saat ini adalah kepala, maka janin akan berputar-putar bahkan ber”salto” sedemikian rupa agar bisa memposisikan kepalanya ke arah bawah.
MEMANTAU DENGAN TABEL KHUSUS
Untuk memudahkan pemantauan gerakan, buatlah semacam tabel sederhana berisi 3 kolom. Kolom pertama diberi judul “Hari”, yang berikut “Jam”, dan kolom terakhir “Jumlah Tendangan”. “Caranya, tak perlu memegangi perut setiap jam seharian penuh, kok. Cukup setiap 5-6 jam atau 3 kali sehari, pagi, sore dan malam hari. Kalaupun masih dianggap kelewat menyita waktu, bisa dilakukan 2 kali sehari, yakni setelah sarapan dan makan malam.
Teknisnya, tempelkan tangan di atas perut hingga ibu bisa merasakan gerakan janin sekaligus menghitungnya. Ibu harus dalam kondisi relaks, posisi berbaring ke kiri agar rahim tak menekan aorta dan pembuluh darah yang berada di atas rahim. Gerakan janin sendiri biasanya berirama/bergelombang mengingat janin berada di kantong yang penuh air.
Nah, pada trimester akhir di saat janin sudah semakin besar, ruangan yang tersisa dalam rahim pun kian sempit, hingga gerakannya tak lagi leluasa. Semisal tak bisa melakukan gerakan “salto” seperti di bulan-bulan sebelumnya. Yang masih banyak bergerak hanyalah kaki atau tangannya. Kepala pun tidak banyak bergerak karena umumnya sudah berada di bawah.
Kini, hitunglah setiap kali janin “menendang”, “meninju” atau sekadar berkelit lalu tuliskan dalam tabel. Umpamanya, Kamis jam 08.00, janin bergerak 6 kali. Sementara di hari yang sama, jam 12.00, jumlah gerakannya 4 kali, sedangkan malam hari gerakannya mencapai 10 kali. Maka bila ditotal, gerakan hari itu mencapai 20 kali dan ini masuk kategori normal.
Sebaliknya, jika total gerakan janin sehari kurang dari 10 kali, segera hubungi dokter atau langsung periksakan diri ke rumah sakit. “Di rumah sakit biasanya akan dilakukan rekaman gerakan janin dengan menggunakan kardiotokografi. Dengan alat ini gerakan janin maupun kontraksi rahim bisa ‘terbaca’ lebih baik dan akurat,” ujar Taufik.
Artikel Terkait :

Artikel Terbaru :

Janin Acungkan Jempol di Rahim Ibu

Calon bayi di rahim mengirimkan sinyal pada ibunya bahwa dia dalam kondisi baik-baik saja. Caranya, dengan mengacungkan jempol.

Marie Boswell (35) terkejut namun senang melihat tanda ‘Oke’ yang dikirimkan calon bayinya yang masih berusia 20 minggu.  Tanda itu sangat jelas dalam hasil ultrasonografi (USG).

“Kami nyaris tak percaya, acungan jempol itu sangat jelas,” kata perempuan asal Manchester, Inggris itu, seperti dimuat laman The Sun, Sabtu 22 Mei 2010.

Dia dan pasangannya, James Evan (41) melihat  secara jelas apa yang dilakukan bayinya saat melakukan pemeriksaan rutin kandungan. Bayi dalam kandungannya diharapkan lahir pada September mendatang.

Petugas USG Rumah Sakit Wythenshawe, Gerry Jackson mengaku ini adalah hal yang luar biasa. “Ini sangat jarang terjadi, jempolnya terlihat sangat jelas,”

Uji ultrasonografi (USG) adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk memindai perut dan rongga rahim, menghasilkan suatu citra (sonogram) dari bayi dan plasenta.

Prosedur uji USG adalah bagian dari rutinitas perawatan pra kelahiran dan memberikan informasi penting yang diperlukan dokter/bidan untuk memberikan perawatan yang optimal. (mt)
• VIVAnews

Janin Ini Tersenyum Lebar Saat Difoto USG

Aneh tapi nyata, hasil USG menangkap janin berusia 17 minggu sedang tersenyum riang. Hasil pemindaian ini diartikan bahwa bayi dapat mengalami perasaan seperti kebahagiaan dan sakit lebih awal yang diperkirakan sebelumnya.

Padahal, sebelumnya, batas usia janin yang boleh diaborsi minimal 24 minggu.

Louise dan Sam Henry, kedua orangtua dari calon bayi tersebut mengaku terpesona melihat wajah senyum sang calon bayi. Louise yang merupakan penduduk Swallowfield, Berkshire diperkirakan akan melahirkan pada Januari 2011 mendatang.

“Perhatian utama Anda pada tahap kehamilan adalah calon bayi Anda sehat. Tapi, bisa melihat janin tersenyum benar-benar fantastis,” ucap Sam Henry seperti dikutip Daily Mail, Senin 11 Oktober 2010.

Foto janin tersenyum tersebut mengundang kontroversi dari para dokter dan juru kampanye antiaborsi untuk menurunkan batas atas aborsi yang selama ini 24 minggu.

Alasannya bayi yang belum lahir pun sudah dapat merasakan rasa sakit sehingga aborsi merupakan tindakan tidak manusiawi.

Orang yang mengambil foto bayi tersebut, Profesor Stuart Campbell mengatakan ekspresi janin dalam foto tersebut tidak selalu menunjukkan perasaan sang bayi namun yang pasti menunjukkan perilaku manusia.

Profesor Campbell, mengatakan ia tidak tahu apa yang menyebabkan calon bayi itu senyum. ” [Mungkin] ini merupakan bagian dari urutan yang melibatkan menguap dan membuat gerakan pernafasan dan membuka kelopak mata dan, tentu saja, itu juga bisa membuat wajah menangis,” ucapnya.

Sementara itu profesor kebidanan dan kedokteran janin di University College London Eric Jauniaux, mempunyai pendapat berbeda. Pada  saat berusia 17 minggu, janin tidak dapat merasakan emosi ataupun perasaaan apapun.

“Rasa sakit dan perasaan dirasakah janin dari usia dari 24 atau 28 minggu. Pada usia 17 minggu koneksi antara otak dan seluruh tubuh sangat terbatas,” kata dia. (ywn)VIVAnews